Tujuh
#miniminifics #miniau Ada yang membaca seri yoonmin reinkarnasi ala-ala, jadi nostalgia. Kangen juga nulis sesuatu tentang mereka, karena memang lagi kangen betulan. Hehehehehe.. Here we go Fluff No plot Slice of Life Mentioning reincarnation and multiverse
Selamat membaca
“Oh ini dia, selamat datang. Yoongi kenalkan ini artis baru yang akan berduet denganmu kali ini”
Yoongi yang sedang sibuk menunduk dan memainkan ponsel pintarnya tidak segera menanggapi manajernya.
“Min PD”, suara Hoseok yang memanggil namanya dengan nada tertentu, mau tak mau membuat Yoongi menghela nafas panjang dan menutup layar ponselnya yang menampilkan berita mengenai dirinya yang sukses menjalankan konser tunggal di beberapa negara.
“Ya..', dan saat pandangan matanya bertemu dengan penyanyi baru yang disebutkan Hoseok belakangan sebagai patner barunya untuk single kali ini.
Tak ada yang istimewa dengan anak baru yang mengenalkan diri dengan Park Jimin, saat dia menatapnya, selain wajahnya yang terlihat tampan dan cantik di saat yang bersamaan. Namun, saat tangan Yoongi menyentuh tangan Jimin saat bersalaman, sesuatu terasa di hatinya.
Perasaan rindu, sedih, marah, sekaligus bahagia terkumpul jadi satu. “Huh, aneh”, gumamnya perlahan. Lebih aneh saat dia melihat wajah Jimin, dia sedang tersenyum dengan air mata mengalir di pipinya.
“Lho, Jimin?”, Hoseok yang terkejut melihat Jimin yang menangis, segera mengangsurkan tisu pada Jimin.
“Terharu yaaaa, bisa ketemu Yoongi.. Hehehhe..”, Hoseok mencoba melemparkan gurauan sekaligus menyebutkan bahwa Jimin telah menjadi fans Yoongi semenjak dia mengeluarkan album pertama tujuh tahun yang lalu.
Jimin tak menjawab hanya mengangguk malu-malu, selanjutnya manajer Jimin dan Hoseok lebih banyak berbincang mengenai teknis kerjasama mereka. Separuh hati Yoongi mengikuti rapat kali ini, karena pikirannya melayang pada penyanyi mungil di hadapannya yang masih menghapus sisa-sisa air matanya.
Entah kenapa batinnya merasa tak terima melihat Jimin menangis dan rasanya dia telah mengenal dia cukup lama.
“Ya kan Yoon?”
“Eh apa? Sorry? Bisa diulang”
“Yoongi...”
“Enggak, ini kali pertama aku ketemu Jimin, tapi kok rasanya familiar ya?. Kita pernah ketemu sebelumnya?”
“Eh... Itu.. Hummmm...”
“Yoon, masa kamu lupa? Empat tahun lalu ada mahasiswa seni tari yang minta ijin gunain aransemen lagu kamu dan Jungkook versi akustik untuk ditampilkan di lomba tari internasional? Ingat?”
“Iya, lalu apa hubungannya dengan Jimin?”
“Ya itu Jimin, dia memenangkan kompetisi itu dan sekarang dia akan debut jadi idol di label yang sama dengan kita”
“Oh masa? Tapi enggak, rasanya lebih lama dari itu. Kipas. Tari kipas”
“AAAH ITUUUU... Dia dapat penghargaan Dewan Kesenian Korea karena menarikan tari kipas dengan baik beberapa tahun sebelumnya. Kok kamu tahu Yoon?”
“Enggak tahu, tapi rasanya dia cocok dengan kipas”
“Terima kasih”, cicit Jimin malu.. malu...
“Kamu punya tato?”
“Eh..”
“Yoongi...”, tegur Hoseok.
“Iya kak, aku punya beberapa tato. Uhm... Salah satunya judul lagu kakak. Aku suka lagu itu dan maknanya dan jadi penyemangatku buat terus capai mimpiku”
“Oh? yang mana?”
“Nevermind kak”
“Wah,di mana memang?”
“Uhm.. Sesuai liriknya, di rusuk kak, di sini”, jawab Jimin dengan polosnya sambil menunjukkan tempat tatonya berada.
“Uhm, bukan. Punggung?”
“Punggung? Kalau di punggung ada kak, tapi fase bulan.”
“Bulan? bukan naga?”
“Naga? Enggak kak... Fase bulan, 5 buah di sepanjang punggung”, jawab Jimin bingung.
“Oh....”
“Yoon, apa-apaan sih?”
“Sssst....”, Yoongi menempelkan telunjuknya ke mulut Hoseok, memintanya untuk diam. Mau tak mau Hoseok pun diam memperhatikan keduanya.
“Bentar... Kucing belang tiga?”
“Ng.... Itu nama panggilan fansku kak. Calico Cat”
“Kucing putih?”
“Eh.. Uhmm, ga punya kak, aku ada alergi ringan sama kucing”
“Bahasa isyarat menguasai?”
“Bisa kak, sedikit, tapi belum mahir-mahir, cuma tahu beberapa kosakatanya”, jawab Jimin sopan.
“Terakhir, gelang tali merah?”
“Punya kak. Ini”, Jimin mengulurkan tangan kanannya, menyibak kaos lengan panjangnya dan menunjukkan gelang yang terbuat tali bewarna merah dengan tujuh manik manik berbentuk bulatan.
Yoongi tersenyum, mengangsurkan juga lengan kanannya yang juga menggunakan gelang yang serupa tapi tak sama dengan milik Jimin.
“Lho sama.. Kok bisa? Ini aku bikin sendiri...”, kata Jimin pelan.
“Ini juga bikin sendiri”, jawab Yoongi sambil tersenyum
“Kak...”
“Jimin, ini mungkin terdengar aneh. tapi aku merasa meski kita tak pernah bertemu, kita pernah bersama mengalami sesuatu bersama. Semua yang kutanyakan tadi adalah hal-hal yang menurutku berkaitan denganmu, dengan kita berdua lebih tepatnya”
“Tapi kan...”
“Mungkin bukan di kehidupan ini, tapi di kehidupan sebelumnya. Kamu tahu, selama ini aku dijuluki Minstradamus, karena prediksiku tentang beragam hal yang sebenarnya adalah celetukan iseng, sering menjadi nyata. Tapi semenjak Hoseok membicarakanmu dan menjelaskan konsep kolaborasi kita, rasanya julukan itu jadi lelucon. Tak ada celetukan iseng yang jadi nyata lagi, tak ada prediksiku yang tepat lagi.”
“Kak.. Ini mungkin cuma kebetulan...”
“Di dunia ini tak ada yang kebetulan Jimin, yang ada hanya takdir”
“Kak... Sejujurnya, aku juga merasakan hal yang sama saat kita bersentuhan tadi. Saat melihat kakak di layar kaca pertama kali, rasanya aku telah mengenal Kakak cukup lama. Lagu yang kugunakan itu sebenarnya itu cuma kenekatanku. Meminta ijin menggunakan arasemen itu, berharap kakak juga turut melihat penampilanku.”
“Uhm.. Saat kakak dipojokkan rapper senior dan dituduh tidak sesuai pakem yang sudah ada, tapi bisa bertahan dan membuktikan dengan lebih sukses dengan mereka, seperti melihat kembali kelahiran burung phoenix dari abu.”
“Julukan Lil Meow dari fans kakak kuaminkan, karena kakak memang terlihat seperti kucing hitam yang galak tapi juga sangat manis dan lembut. Uhm, jadi meskipun punya alergi ringan dengan kucing, aku menyukai mereka.. Uhmmm”
“Kakak yang sukses, lagunya meledak dimana-mana, dan menciptakan banyak lagu untuk artis serta memenangkan penghargaan, terlihat seperti tuan muda bangsawan yang sangat sulit diraih dan ditemui. Makanya rasanya seperti mimpi saat ditawari untuk bisa bekerjasama dengan kakak karena kita berada di agensi yang sama”
“Semua yang kulakukan, jujur karena termotivasi oleh kakak. Termasuk tato ini...”, Jimin menunduk setelah menjelaskan dengan cukup panjang.
“Jimin....”
“Sepertinya takdir yang membuat kita bertemu di kehidupan ini. Entah berapa kali kita pernah bertemu di kehidupan sebelumnya, tapi aku senang kita bertemu di kehidupan ini”
“Kak.. Maaf..”
“No, jangan minta maaf.” Yoongi mencoba meraih tangan Jimin dan mengenggamnya pelan.
“Ehem... Kami masih di sini”, Hoseok memecah keheningan.
“Manajernim, rasanya selain kita membicarakan kontrak kerjasama dan proyek ini, kita juga harus membicarakan bagaimana jika nantinya Yoongi dan Jimin go public sebagai pasangan”
“Eh..”, manajer Jimin yang sedari tadi diam mengamati interaksi keduanya mengangguk dan tersenyum.
“Sepertinya demikian Tuan Hoseok, sebaiknya pertemuan kali ini kita lanjutkan ke makan siang, sambil membicarakan langkah selanjutnya. Bagaimana?”
“Ah, makanan di kafetaria kita sangat enak, hari ini ada peluncuran menu baru, sebaiknya kita segera ke sana agar tak kehabisan”
“Jimin dan Tuan Yoongi bagaimana?”
“Kita bawakan mereka makan siang, nampaknya mereka sedang bernostalgia dengan kehidupan sebelumnya.”
“Baiklah kalau begitu, Tuan Yoongi, saya titip Jimin sebentar ya?”
“Manajernim....”
“Tunggu di sini ya Mi”, kata Manajer sambil menepuk pundak Jimin pelan.
“Ya, serahkan padaku. Akan kujaga Jimin baik-baik Manajernim, jangan khawatir. Hoseok, makan siang kutraktir. Belilah makanan yang enak bersama tuan Manajer”
“YESSSSS. Akan kupesan makanan yang mahal-mahal. Oh ya tenang, akan kubungkuskan yang biasa. Jimin mau makan apa?”
“Uhm,,, Apa saja kak..”
“Ya sudah, baik-baik di sini ya. Jangan mau diajak kemana-mana sama Yoongi, teriak saja kalau dia aneh-aneh ya..”
“I.. Iya kak..”
“Dah sana.. Hush.. Hush..”
“Ck.. Dasar. Mari Manajernim..”
“Mari Tuan Hoseok..”