Sudah sejam aku bolak-balik berdiri,tengkurap, duduk, dan mencoba memanggil kucing itu. Tapi tetap saja dia hanya diam di sudut tempat tidur.
Pintarnya, dia memilih sudut terjauh yang tak bisa kuraih dengan tangan. Kucoba meraihnya dengan sapu tapi tampaknya bukan ide bagus. Dia hanya mendesis dan semakin menyembunyikan badannya di sudut.
Haduh...
Sungguh aku tak ada pengalaman membujuk kucing yang sedang ngambek begini.
Adikku tak banyak membantu. Bisa bisanya dia menyalakan TV kamar Mami dan menonton channel kartun.
“Heh.. Bantuin kek...Malah liat tivi”
“Kan kucing kakak.. Ya kakak lah yang tanggung jawab”
“Ya tapi kamu denger sendiri kan mami bilang apa tadi, bantuin atau ga ada jatah snack sore sebulan”
” Tapi aku males bantuin kakak.. Dih apaan, kakak dibeliin kucing padahal aku udah minta peliharaan dari dulu ga dikasi”
“Hish... Kan Kakak dikasi papa barter sama nilai bagus, ga cuma-cuma”
“Lalallaallalalalal, ga mau tau, pokoknya aku masih ngambek sama kakak”
“Tsk... Bocah”
“Biarin... Weeek”, katanya menjulurkan lidah.
Sayup sayup kudengar suara mami yang masih asik menggosip dengan teman-temannya. Hmmm masih aman, paling tidak sejam kedepan. Arisan mami minimal 3 jam, setengah jam urusan arisan, dua setengah jam sisanya nggosip sama temen-temennya.
Sigh... Kuhembuskan nafas panjang dan duduk si sebelah adikku sambil membuka ponselku cari tahu bagaimana membujuk si manis itu keluar dari persembunyiannya.