Ketiga Kalinya Berjumpa (pt 8)
Park Jimin
TW: -bxb -ABO -yoonmin -implisit crossdresser -Jimin in woman dress -MPreg -War -Angst -MCD (MAYOR CHARACTER DEATH) – #Reinkarnasi
Notes : Maafkan kalau ada kesalahan penulisan.
Dua Minggu setelah malam pengantin
Jimin dan Yoongi membungkuk dalam, menghaturkan salam hormat kepada Raja, Ratu dan juga Permaisuri Agung. Kegiatan yang seharusnya mereka berdua lakukan sejak seminggu lalu, namun tertunda karena kondisi Jimin. Yah.. Bagaimana tidak, malam pertama yang sedianya berlangsung hanya 8 jam, menjadi panjang sampai 24 jam.
“Bangunlah..”, kata Raja, sedikit tersenyum melihat Jimin masih dipandu oleh Yoongi melakukan prosesi, dan kembali menahan tawanya saat melihat ekspresi tidak nyaman Jimin.
Sigh Yoongi benar-benar membuatnya sibuk. Penundaan Rutnya selama ini benar-benar terpuaskan saat malam pengantin sepertinya
“Selamat datang di kerajaan menantuku”, Raja tersenyum diikuti oleh Ratu dan Permasuri Agung yang mengangguk bebarengan.
“Te.. ri ma.. kasih,, Yang.. Mulia,,,”, cicit Jimin pelan sambil tetap menundukkan kepala sebelum diminta. Yoongi di sebelahnya hanya tersenyum simpul, membantu Jimin berdiri dan duduk di tempat yang disediakan dengan memastikan Jimin bisa duduk dengan nyaman. Gestur yang membuat Ratu tersenyum dan Permaisuri Agung ternganga.
“Aduh.. aduh manisnya pengantin baru,,,”, Ratu berseru, sambil tersenyum riang. Sementara pipi Jimin memerah dan Yoongi tersenyum lebar.
“Benar-benar.. Menghebohkan seluruh dayang istana, bahkan para dayang di dapur juga turut heboh”, seloroh Permaisuri Agung dengan nada sedikit sinis.
“Ah, maafkan kami, jika membuat kerepotan”
“Tak masalah Putera Mahkota. Itu harimu dan perayaannmu, sudah seharusnya kau merayakannya dengan gembira. Lagipula kupikir ini efek dari penundaan Rutmu. 2 tahun tak kunjung rut, yah paling tidak hutang Rutmu 24-48 kali”, seru Raja.
“Jimin bagaimana kondisimu, katakan kau baik-baik saja?”, ada nada khawatir di suara Raja
“Hamba baik yang mulia.. Tabib istana.. err.. dan Putera Mahkota serta dayang yang lain banyak mambantu pemulihan hamba... meski.. err.. memang ...”
“Ya.. ya aku mengerti menantuku. Akan kubilang pada Tim kesehatan istana untuk menyiapkan ramuan sehat racikanku”, kata Ratu memotong jawaban Jimin setelah melihat mukanya yang memerah dan suaranya yang sedikit terbata-bata.
“Terima kasih yang mulia, hamba merempotkan”, kata Jimin menundukkan kepala. Setidaknya Ratu dan Raja menerima kondisinya.
“Tidak masalah.. apapun yang membuat puteraku bahagia, membuatku bahagia Jimin”, mendengar penuturan Ratu dan sorot mata sedih bercampur lega yang ditujukan Ratu membuat Jimin paham, Ratu juga telah mengetahui kondisi mereka, terlebih mengetahui siapa dirinya.
Setidaknya ini hasil diskusi Jimin dan Yoongi, setelah Alfa dalam Yoongi mereda, dan mereka bisa saling bertukar afeksi sementara Yoongi mengoleskan salep buatan tabib pada tubuhnya. Beruntungnya, Putera Mahkota mendapat bebas tugas dari Raja selama satu minggu yang diperpanjang menjadi dua minggu. Begitupun dirinya.
Segera saat prosesi mating selesai dia dan Yoongi berpindah ke paviliun kerajaan. Seharusnya mereka tinggal terpisah. Tapi Yoongi bersikeras mereka akan tinggal dalam paviliun yang sama, karena Jimin istimewa. Calon Ratu satu-satunya dan mengingat lamanya proses knotting dan mating yang keduanya lakukan, serta pengumuman tim kesehatan pada pejabat istana bahwa mereka adalah fated mate berdasarkan pada scent yang saling melengkapi dan tanda lahir yang dicatat, membuatnya mendapat keistimewaan.
Tetapi masih ada yang menganjal di pikiran keduanya, yakni kemampuan Jimin mengandung keturunan mereka. Lagi-lagi hal itu tak bisa mereka jawab, pun dengan penelitian yang Namjoon lakukan dengan berkeliling ke penjuru negara, mencari informasi mengenai omega laki-laki. Hasilnya masih nihil, dan yang bisa mereka lakukan adalah berharap pada Luna.
Orang tua Jimin tak bisa mengunjunginya, oleh karena itu Jimin secara berkala mengirim surat kepada ibunya mengabarkan kondisinya sekaligus apa-apa yang terjadi dan menyamarkannya dalam bentuk sajak/cerita. Ibunya yang menerima surat-surat Jimin merangkum poin pentingnya dan membakar seluruh catatan aslinya, mengingat kondisi Jimin masih merupakan rahasia.
Pertemuan dengan Raja, Ratu serta Permaisuri Agung berlangsung singkat. Terlihat jelas ada dua kubu di sana, kubu Ratu dan Permaisuri Agung, sementara Raja hanya berada di tengah mereka.
Berdasarkan nasihat ibunya, Jimin harus bisa bersikap di antara keduanya dan harus sesegara mungkin beradaptasi dengan kehidupan di istana. Mengingat dia bukan lagi calon jenderal perang melainkan omega Putera Mahkota. Hal ini juga yang Jimin dan Yoongi diskusikan setiap malam, Yoongi bercerita tentang seluk beluk istana, peta politik kerajaan serta aneka peraturan lain yang tak tertulis di buku panduan istana.
Disepakatilah, sementara Yoongi membantu menteri pertahanan alias ayah Jimin, Park Seojon, Jimin akan menyibukkan diri dengan mencoba akrab dengan Ratu agar diberi akses ke pendidikan dayang istana. Bela diri tak bisa dipisahkan dengan diri Jimin, oleh karena itu dia ingin melatih dayang-dayang itu dengan ilmu pertahanan diri sederhana yang disembunyikan dengan pelatihan seni oleh menantu kerajaan.
Sasarannya tentu saja adalah dayang omega terpilih yang masuk dalam “pasukan omega kerajaan', yang bertugas melindungi Ratu dan Jimin, dan yah, meski tentu saja Jimin lebih bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi mengingat pakaian dan perilakunya yang harus dijaga, karena semua melihatnya sebagai 'perempuan', membuatnya harus berhati-hati.
Untunglah proposal pelatihannya diterima dengan baik oleh Raja dan Ratu, kala diungkapkannya pada pertemuan keluarga berikutnya yang kini rutin diadakan oleh Ratu, selain kunjungannya ke paviliun Jimin secara rutin untuk memberikannya salep dan ramuan buatannya.
Perhatian Raja dan Ratu yang begitu ketara, serta sikap dingin Permaisuri Agung dari hari ke hari membuat Jimin yakin bahwa dia harus berhasil mendekatinya dan merebut hatinya. Ajaran ayahnya, buat temanmu dekat tapi musuhmu lebih dekat, membuat Jimin mencoba mengambil hati Permaisuri Agung.
Mengajaknya minum teh sambil melihat taman kerajaan, berlatih tari, atau mendengar sajak ditolak dengan halus oleh beliau. Terhitung sudah hampir 6 bulan, Jimin tinggal di istana dan sikap Permaisuri Agung tak berubah.
Sampai suatu ketika, Ratu mengadakan jamuan untuk menikmati malam bulan purnama, dengan mengundang keluarga Jimin untuk turut serta. Jimin yang duduk di deretan putera Mahkota berkali-kali melayangkan pandangan pada ibunya. Entah kenapa malam itu dia merasa begitu merindukan ibunya, sosoknya dekat tapi terasa jauh, karena protokol kerajaan membuatnya tak leluasa mendekatinya dan memeluknya. Setidaknya tidak di ruang terbuka dan di hadapan banyak orang seperti kali ini.
Sajian demi sajian dihidangkan, pertunjukkan demi pertunjukkan dipertontonkan, seluruh keluarga kerajaan menikmati jalannya acara, beberapa obrolan singkat sempat terlontar dan dibalas dengan beragam candaan.
“Yang Mulia tampak bahagia sekali”, Kata Permaisuri Agung memecah keheningan usai satu pertunjukkan musik yang mendayu-dayu
“Ya, aku senang semuanya bisa berkumpul di sini. Ada sahabatku sekaligus ayah dari menantuku bagaimana aku tak senang?”
“Ah demikian ya?”
“Jenderal Park”, panggil Permaisuri Agung memainkan tutup cawan tehnya
“Kudengar, puteramu seorang Hwarang yang hebat, kenapa tak kau ajak?”
Jimin yang sedang minum, nyaris tersedak, namun bisa menyembunyikan perubahan ekspresinya dengan tenang, sementara Yoongi menatap tajam ke arah permaisuri agung.
“Ah begitukah? Sungguh saya berterima kasih atas pujiannya yang mulia. Namun, saya juga mohon maaf karena tak bisa mengajaknya kali ini. Ada misi yang harus diselesaikan dan saya tak bisa menjelaskan”
“Benar sekali, Park Muda kutugaskan dalam pasukan elit mata-mata kerajaan”, Raja menyahut dengan tenang
“Benarkah?. Kudengar dia sangat mahir ya dan menjadi rival Putera Mahkota saat di akademi”
“Ah, Yang Mulia terlalu banyak memuji. Anak saya tak ada apa-apanya, Putera Mahkota malah menjadi idola nomer 1 para Hwarang muda. Cerita tentang keberanian beliau, dan legenda keperkasaannya menjadi cerita yang diulang-ulang di antara mereka”, kata Seojon sambil tersenyum kecil.
“Ah, begitu... , sejujurnya aku sangat penasaran dengan keluargamu. Terutama kenyataan bahwa kau memiliki bunga yang begini cantik dan tak pernah diketahui oleh orang lain. Lebih-lebih namanya sama dengan nama putramu. Bukankah, sedikit lucu ada dua Jimin dalam keluargamu”, pungkas Permaisuri Agung sambil menatap tajam ke arah Park Seojon yang justru berwajah tenang, pun demikian dengan istrinya yang sibuk mengudap permen manis suguhan koki istana.
“Sejujurnyam hal ini karena Jimin terlahir begitu kecil dibanding kakaknya. Benar, putra dan putri saya keduanya bernama Jimin. Kenyataan bahwa saya memiliki anak kembar, kami sembunyikan karena Jiminnie, anak yang cukup ringkih tak sesehat kakaknya”,
“Suamiku....”, Ibu Jimin mengulurkan tangannya dan mengelus tangan Park Seojon.
“Maafkan kami Permaisuri Agung, namun cerita kelahiran Jiminnie kami dan kisah tumbuh kembangnya selalu membuatku terharu”, Kata Park Seojon meraih tangan istrinya.
“Semua salahku, andai saja aku berhati-hati mungkin Jiminnie akan jadi gadis ceria yang bisa kami kenalkan ke khalayak ramai”, kata Ibu Jimin menyendu, pura pura menangis.
Dalam hati, Jimin dan Yoongi hanya bisa menahan tawa, mengenai skenario Putra putri kembar keluarga Park yang selalu diulang-ulang, pun berikut dengan bukti dan saksi-saksi yang bisa disebutkan. Tentu saja hal ini fiktif dengan tujuan melindungi Park Jimin, seorang laki-laki yang juga omega.
“Ji, tumbuh kuat dan sehat layaknya anak laki-laki keluarga Park yang lain, sementara Minnie, yang lahirnya setelah Ji, merupakan bayi kecil yang ringkih. Terus terang kami berdua tak menyangka, kalau saya mempunyai bayi kembar. Tabib yang memeriksa kehamilan hanya menyatakan bayi kami sehat dan lincah dalam kandungan serta merasakan 1 denyut nadi saja, bukan dua. Begitu pula kelahirannya yang membuat kami terkejut.”
“Tubuhnya begitu kecil dan merah, lahir saja nyaris tak menangis, meski menangis dengan suara lirih tak sekeras kakaknya. Awalnya kami namai dia Jihyun, dan kami sejujurnya tak menyangka dia bertahan dan tumbuh sehat sampai selama ini. Tabib yang membantu kelahirannya, bahkan mengatakan ada kami kalau mungkin Jihyunie kecil kami tak kan bisa bertahan lama, karena jika dibanding kakaknya dia jauh lebih kecil dan terlihat lemah”
“Meski demikian kami ingin memberikan perawatan sebaik yang kami bisa, itulah sebabnya saya sempat mengurung diri di rumah dan tak muncul kemana-mana karena berkonsentrasi pada perkembangan dua anak saya sekaligus memulihkan diri. “
“Luna memberkati kami, kala Jimin berangkat ke sekolah pertama kali, saya mendapat mimpi, bahwa Jimin akan hidup lama dan sehat, namun Jihyun tidak. Dalam mimpi saya, dua Jimin bergandengan dan berjalan bersama, oleh karena itu kami memutuskan mengganti namanya dengan Park Jimin juga.”
“Ah... aku ingat. Kau membuat kehebohan departemen Kehakiman kala mendaftarkan nama Park Jimin lagi sebagai anakmu, dan hal ini menimbulkan kebingungan karena Park Jimin dari klan Park sudah didaftarkan”
“Maafkan Hamba yang Mulia, ini karena keegoisan kami, kami hanya ingin membuat banyak kenangan dengan Jihyun kecil,dan tak menyangka umurnya jauh lebih lama daripada tabib yang menolongnya lahir atau para pelayan yang merawatnya sejak kecil. Sungguh kami hanya ingin, jika Jihyun diambil kembali oleh Luna, kami tak akan merasa sakit. Maka dari itu kami bersikap seolah Hwarang Park Jimin adalah satu-satunya putra kami. Padahal tidak demikian”
“Ah.. begitukah... kenapa ceritanya terdengar keluar dari sebuah buku roman ya”, sindir Permaisuri Agung
“Perm...”, belum sempat Ratu menyela Permaisuri Agung karena bersikap tak sopan pada tamunya, suara Yoongi menginterupsi semuanya.
“Jimin... Jimin... bangun...”,
“Eh...”
“Minnie.....”, Ibu Jimin segera berlari mendekati Park Jimin yang tergeletak di posisinya.
“TABIIIB!! PANGGIL TABIB SEGERAAAA!!!”, tergesa Yoongi mengendong Jimin ke arah paviliun mereka dengan diikuti oleh Ibu Jimin dan dayang serta kasim yang tergopoh-gopoh mendahului untuk membuka pintu serta memanggil tim kesehatan istana.
“Minnie.. minnie..”, Raja dan Ratu saling menautkan tangan dan menganggukkan kepala dan memberitahu Kasim agar mereka diberitahu perkembangannya, sementara Permaisuri Agung tampak tak tertarik dengan situasi gaduh di depannya, dan mengandeng putranya untuk kembali ke paviliunnya menyusul Raja dan Ratu yang bergerak lebih dahulu meninggalkan taman tempat acara berlangsung.
“Bagaimana...?” Tanya Yoongi pada kepala Tabib khusus kerajaan yang diperuntukkan untuk Jimin, seusai memeriksa Jimin dan menutup pintu kamar tempat Jimin istirahat ditemani oleh Ibunya.
“Hamba... Hamba..”
“Katakan yang jelas..”, Yoongi menarik kerah tabib tersebut dan berbisik pelan di telinga tabib tersebut.
“Jimin tidak apa-apa? Dia hanya sandiwara kan?”
Menggelang keras, Tabib itu tak berani menatap Yoongi yang semakin mengeratkan cengkeramannya dan dahi berkerut bingung.
“Selamat Yang Mulia”, kata Tabib sambil melepaskan diri dan bersujud di hadapan Yoongi
“HAH?”
“Anda akan menjadi seorang ayah”, Kata Tabib itu dalam posisi bersujud.
“Aku.. akan... jadi... ayah?”, Yoongi mengulangi dengan terbata.
“Benar yang Mulia..”
“AKU JADI AYAAAH????”, serunya lagi dengan suara keras
“Selamat yang Mulia”, diikuti oleh seluruh kasim dan dayang kerajaan yang membungkukkan badan mengikuti Tabib Istana, sementara Park Seojon membungkukkan kepalanya tanda hormat.
Tergesa, Yoongi membuka pintu kamar Jimin, dan mendapati Jiminnya tengah terbaring dengan ibunya mengelus tangan dan perutnya pelan.
“Sayang... “, Kata Yoongi menghambur ke pada Jimin dan mengecupi pucuk kepalanya pelan, sementara Jenderal Park menghampiri istrinya yang meraih tangannya dan memandangnya penuh arti.
Ini artinya Jimin memiliki rahim, dan dia bisa melahirkan.. tapi bagaimana.., Seojon hanya diam memandangi Jimin dan Yoongi yang berbagi afeksi di situ.
“Akan kuinformasikan pada Paduka Raja”, kata Seojon cepat yang diaminkan oleh istrinya, dan diiyakan oleh Yoongi.
Gila.. benar-benar gila....
Putranya akan mengandung dan melahirkan...
Bagaimana??
Hah??