Ketiga Kalinya Berjumpa pt 7

You are me, I am You


TW: -bxb -yoonmin -implisit mating scenes including kisses,hugs,and slight sexual Scenes (knotting, marking) -implisit crossdresser -ABO potensial MPreg -Mention of kill, betrayal, Blood, War, Harsh Words -Angst -MCD – #Reinkarnasi


Notes : Maafkan kalau ada kesalahan penulisan.

Jimin visual


Bahagia..

Itulah yang Jimin paling rasakan kala usai menarikan persembahannya di depan seluruh pejabat istana dan keluarga kerajaan. Terutama di depan Min Yoongi, orang yang dirindukannya selama 6 bulan terakhir.

Jangankan pertemuan seperti yang biasa mereka lakukan berdua, berkirim dan bertukar pesan tidak bisa dilakukannya. Bahkan sekadar menanyakan kabarnya pada Kim sulung yang turut jadi pemeriksanya di tes kesehatan tak berani dilakukannya, meskipun Kim Namjoon dan Kim Taehyung adalah sahabat baiknya.

Hanya sapu tangan milik Yoongi, yang menemaninya mempersiapkan diri menghadapi serangkaian prosesi pemilihan menantu kerajaan.

Ibunya yang pertama mendengar kabar itu, langsung memeluknya erat, menangis dan meminta maaf karena merahasiakan semuanya dari Jimin. Selain itu, dia juga tak menduga putra semata wayangnya akan “diminta” oleh raja. Hal ini yang membuat tangis ibunya semakin pecah. Hati ibunya trenyuh mengingat putra yang dibesarkan sebagai alfa harus menjalani kehidupan sebagai seorang omega, yang nyatanya hanya untuk penghias ranjang dan mata. Ibunya tahu Jiminnya bukan omega semacam itu. Jimin lebih dari itu.

Namun kala Park Seojon turut merengkuh istrinya dari belakang dan bercerita tentang syarat khusus Yoongi, hatinya mendapat sedikit ketenangan dan pencerahan. Setidaknya dia percaya, Yoongi bisa melindungi Jiminnya dengan baik.

Tekad bulat dan percaya penuh pada suaminya serta raja menjadikannya segera menarik nafas panjang, mengusap airmatanya dan cepat-cepat menarik Jimin ke kamar tidurnya.

“Setidaknya, bersama Putera Mahkota kamu aman Ji. Ayo kita lakukan apapun untuk menjadikanmu menantu raja. Dukungan raja sudah kita dapat, sekarang giliran kita yang berusaha..”

“Ta.. ta.. pi... Ibu...”

“Tenang, ibumu ini berpengalaman dalam mengurusi calon menantu kerajaan, kurang lebih ibu sudah hafal prosedur dan lika liku seleksi ini.”

“Benar nak, kami sudah paham di luar kepala mengenai hal ini. Biarkan kami membantumu.”

“Ayah.. Ibu.. terima kasih Jimin sayang kalian..”

“Kami juga menyayangimu Ji, apapun gender keduamu. Kamu tetap putra kami yang berharga”

“Bagaimana.. bagaimana.. bisa aku membalas kalian..”

“Berbahagialah... bahagialah dengan putera mahkota, itu sudah cukup bagi kami”

“Terima kasih terima kasih ibu.. ayah”, sekali lagi air mata ketiganya menetes dan Jimin memeluk erat-erat ibu dan ayahnya secara bersamaan.

Ibu Jimin paham,hal ini tentunya sudah diperhitungkan raja sejak lama. Membuat Jimin sebagai menantu kerajaan sepertinya juga dalam rencananya, bedanya mereka melupakan pendidikan yang biasa diberikan pada omega, karena jenis pengetahuan ini hanya bisa didapat di rumah. Turun-menurun di tiap generasi.

Jelas, putri-putri dari keluarga bangsawan mempunyai keuntungan karena mereka sudah dipersiapkan sedari dini. Mulai dari cara makan, bicara, dan berkesenian. Mereka mendapat pendidikan dari guru yang didatangkan ke rumah.

Ibu Jimin menepukkan kedua tangannya.

“Ah ini menyenangkan, mengingatkan ibu pada masa remaja. Hari ini tidurlah dulu. Istirahat, biarkan ibu dan ayah yang membantu mempersiapkan ini semua. Percaya pada kami hmm”

“Baik ayah... ibu...”

Sepeninggal Jimin, Nyonya Park mulai mengeluarkan lagi seluruh salinan catatannya yang berada dalam lemari. Beruntung beliau adalah orang yang cermat dan teliti serta mempunyai kegemaran menulis apa saja yang dianggapnya menarik,termasuk di dalamnya ritual mencari menantu Raja. Tak disangka catatan isengnya kini berguna untuk membantu putranya. Sedikit miris dan membuatnya meringis, karena diingatnya dia menyimpan itu untuk putrinya.

Setelah itu, semalaman Nyonya Park dan Jenderal Park menyusun apa-apa saja yang Jimin perlukan.

“Terima kasih istriku”, kata Park Seojon memeluk istrinya dari belakang sambil mengusal ke perpotongan lehernya. “Aku tahu ini berat buatmu, tapi kamu segera memantapkan hati membantu Jimin”

Nyonya Park menghentikan gerakannya menulis, dan berbalik menelusup ke dada suaminya.

“Aku Nyonya seorang Jenderal perang, berita kematian selalu membayangiku setiap hari tiap kau dan Jimin melangkah keluar rumah. Jika ada satu hal yang bisa kulakukan untuk bernegosiasi atau memperpanjang umur kalian. Apapun akan kulakukan. Aku milikmu, pun demikian kalian milikku, hartaku satu-satunya di dunia ini”

Seojon diam dan hanya terus mengelus punggung istrinya dan menciumi pucuk kepalanya.

“Kita lakukan yang terbaik apapun yang bisa kita lakukan, sisanya kita percayakan pada Luna tentang hal-hal yang tak bisa kita kendalikan”

Dalam dekapan Park Seojon, Nyonya Park mengangguk dan mengeratkan pelukannya pada suaminya. Berharap Luna berada di sisi mereka.

Dan setelah itu, program latihan ketat Jimin jalani setiap pagi. Ibunya memintanya memakai Hanbook miliknya dan membiasakan Jimin beraktivitas dengan rok lebar itu, mengajarinya beberapa tips dasar menggunakan pakaian itu dengan anggun. Menurut ibunya, fisiknya memang maskulin, setidaknya gesturenya harus mulai dibiasakan seperti omega yang lembut dan penuh kehati-hatian. Kulit tan Jimin bisa disembunyikan dengan pakaian, tapi gesture dan geraknya harus benar-benar dibiasakan.

Beruntungnya, selain kegiatan militer dari pendidikan hwarangnya, Jimin sesekali menemani ibunya untuk berlatih gugak dan pansori. Jadi setidaknya dia paham dasar dan aturan-aturannya.

Jadwal Jimin cukup padat, bisa dibilang dia tak sempat melihat matahari. Dari subuh ke petang hari-harinya diisi dengan pembelajaran yang disusun ibunya. Tak hanya fisik, batinnya juga sedikit lelah karena merindu dengan Yoongi. Satu satunya pelepas rindu adalah sapu tangan milik Yoongi yang didekapnya sebelum tidur dan diciuminya sambil menangis. Hal ini membuat fisiknya berubah drastis. Pipinya yang dulu penuh dan bundar, menghilang, digantikan garis rahang yang tegas, bibirnya yang penuh semakin terlihat penuh dan menggoda bagai buah plump yang merekah. Pipinya merona alami. Lengannya yang berotot, tetap berotot hanya jauh lebih kecil, pun dengan pinggangnya.

Dua cekungan seperti lesung pipi muncul di pinggang dan punggungnya. Kakinya tetap kokoh, namun pantatnya semakin berisi dan membulat sempurna. Jika memakai hanbook ibunya dan mengenakan cadar, serta menata rambutnya, tak kan ada yang tahu jika dia laki-laki, meski di bagian dada sedikit datar.

Sedikit banyak hormon omeganya turun berperan dalam perubahan fisiknya, setidaknya itu hasil belajarnya dengan Yoongi dulu. Suaranya tidak membesar atau pecah seperti kebanyakan pria dewasa tapi justru melengking dan tinggi seperti milik ibunya.

Seleksi pertama dilewati tanpa ragu, ayahnya mengenal pelukis wajah terbaik yang tak diketahui orang-orang, dan ibunya tahu betul Bibi peramal yang bisa menghitung dan menonjolkan elemennya.

Seleksi kedua, sedikit membuatnya berdebar, karena ini berarti orang lain dari rumah tangga keluarganya tahu kondisinya. Beruntungnya dia mendapat Kim Namjoon sebagai pendamping tim kesehatan istana yang menganggukkan kepalanya mantap meski tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tentang hadiahnya, dia membuatnya sambil mengingat dongeng tentang garis takdir bewarna merah yang diceritakan ibunya, membuat gelang sembari mengingat tanda lahir Yoongi yang bulat penuh, sedangkan maniknya, adalah hadiah dari yoongi saat dia kecil. Jimin membuat gelang itu sepasang, dengan harapan layaknya benang takdir yang mengikat keduanya, hanya Luna yang mampu memutusnya.

Saat seleksi ketiga, ide dari ayah dan ibunya yang digunakannya, sekaligus bentuk penghormatan terakhirnya pada keduanya. Menggabungkan teknik penyergapan musuh serta komando penyerangan milik ayahnya, dan kehalusan gerakan tari kipas yang dikuasai ibunya, Jimin berlatih cukup keras. Penari pendukungnya ditariknya dari hwarang muda yang dilatihnya selama pendidikan militer. Dipilihnya yang benar-benar setia dengannya dan yang bisa menjaga kepercayaan dengan baik. Mereka berlatih di hall keluarga Park dengan pencahayaan minim dan suara tenang. Sementara penabuh musiknya adalah pelayan keluarganya yang menggunakan ketukan dan tepukan ringan sebagai penanda tempo dan baru berlatih dengan alat musik kala menyamar sebagai seniman jalanan yang berkeliling setiap minggu.

Hasil latihannya membuahkan hasil.

Dia terpilih, satu-satunya penampil yang bisa membuat putera mahkota memberikan ibu jarinya secara tegak dan Raja tergelak gembira.

Kerinduannya terbayar, usahanya tak sia-sia, dan tak lama lagi dia akan berganti nama menjadi Min Jimin.

Malam usai Prosesi Pernikahan

Prosesi Pernikahan dilakukan sebagai mana mestinya, dirinya yang omega laki-laki, sengaja didandani sebagai mana pengantin omega perempuan kerajaan. Ini adalah tradisi dan amanat raja, biarlah gender laki-laki Jimin menjadi rahasia. Dayang pelayan Jimin diseleksi ketat, dipilih dengan cek beragam latar belakang. Sebuah hal yang wajar mengingat kali ini calon pendamping putera mahkota hanya satu-satunya. Bahkan beberapa dayangnya berasal dari dayang rumah tangga keluarga Park yang turut membantunya berlatih.

Dayang utama sempat mengajukan protes, namun Ratu mendukung keputusan Raja, sedangkan Permaisuri Agung hanya diam tak banyak bicara karena tak ada kuasa apa-apa. Klan perwakilan keluarganya hanya sedikit, bermain aman dalam istana adalah keharusan. Dia masih sayang nyawa.

Jimin hanya terdiam, baginya semenjak pelatihan menjadi menantu istana, menjadi omega adalah identitasnya yang baru yang harus diterimanya dengan lapang dada meski berat. Semua kegundahan dan kegelisahannya dituangkannya dalam sajak sajak pendek yang dituliskannya setiap hari juga dicurahkannya segala emosinya pada gerakan tari yang membuatnya jatuh hati,baginya tak masalah menggenakan baju perempuan dan dilihat sebagai seorang perempuan. Asalkan Yoongi, ayahnya,dan ibunya tahu dirinya yang sebenarnya.

Pertemuan Yoongi di altar kerajaan membuatnya tersipu, Feromonnya yang kali ini tak disembunyikan, menguar manis dalam ruangan itu berpadu dengan feromon Yoongi yang seakan saling mengisi. Gerutuan dan kasak kusuk terdengar di kalangan pejabat, tapi tak mengurangi khidmadnya acara. Semua proses dilakukan dengan lancar tanpa kendala berarti.

Dan tibalah saat ini, kala Jimin dan Yoongi ditinggal berdua dalam kamar pengantin yang dipersiapkan untuk mereka. Usai makan berdua, para kasim dan dayang membantu mereka melepaskan segala atribut pernikahan yang dipakai sedari pagi.

Yoongi sudah berganti dengan baju tidurnya, pun Jimin yang kali ini menggunakan rok dengan rambut panjangnya yang dikepang melintang di atas dadany. Sunyi, tak ada suara dari keduanya. Hanya aroma feromon yang memekat, menunjukkan emosi keduanya dan membuat para dayang bergegas menyingkir dan meninggalkan mereka berdua dan berjaga di pintu terdepan.

Tak ada yang mengawali pembicaraan.

“Jiminnie....”, pelan Yoongi membuka suara, setelah meneguk air liurnya berkali kali dan membasahi bibirnya melihat penampilan Jimin yang sungguh berbeda.

Sejak melihatnya di altar, betapa terkejutnya dia melihat Jimin melangkah anggun dengan pakaian pengantin perempuan. Tak bisa dia bayangkan, jika Jimin berstatus alfa dan harus menggunakan pakaian ini untuk menikahinya jika Luna membuatnya menjadi omega sesuai tanda lahirnya.

Jimin tak menjawab, hanya menegakkan kepalanya dan memandang lurus ke arah Yoongi dan tak menyadari air matanya menetes begitu deras. Betapa dia merindukan Yoonginya. Betapa.. ah..

Yoongi yang terkejut melihat Jimin yang menangis bergegas beringsut mendekat dan meraihnya dalam pelukannya..

“Jangan... jangan menangis.. hatiku sedih melihatmu bersedih. Maafkan aku.. Membuatmu berkorban seperti ini.. Jiminnie maafkan aku.. Maaf”, racau Yoongi dengan suara serak dan mengusap air mata Jimin perlahan dan menakup wajah Jimin dengan dua tangannya.

“Ini.. ini air mata bahagia hyung....”, jawab Jimin sambil mengelus dua tangan Yoongi di pipinya.

“Syukurlaah.. Syukurlaah”, Yoongi menempelkan keningnya di kening Jimin

“Ini harga yang harus kubayar agar tetap bersamamu Hyung. Aku sudah berjanji padamu akan selalu menemanimu dan bersamamu.. Ingat?”

“Aku ingat jiminnie.. Ah kubawa gelang milikmu”, kata Yoongi mengangsurkan gelang buatan Jimin di telapak tangannya

“Aku juga membawakan gelang untukmu hyung”, kata Jimin mengeluarkan gelang yang serupa

“Pakaikan”, perintah Yoongi

Jimin meraih tangan Yoongi dan memasangkan gelang yang disimpan Yoongi itu di tangan kirinya, yang juga dibalas Yoongi dengan memakaikan gelang yang dibawa Jimin ke tangan kiri Jimin.

“Kau tahu arti gelang ini?”

“Aku tahu”, kata Yoongi sambil menciumi punggung tangan Jimin dan menarik Jimin mendekat, mengangkat badan Jimin yang kini terasa lebih mungil dan ringan ke atas pangkuannya.

Tanpa ada kata-kata, Yoongi meraih bibir Jimin dan menyatukan lagi dengan miliknya. Merasakan ceri itu setelah sekian lama, sementara tangannya tak berhenti , meraih ke dalam rok yang dikenakan Jimin dan meremas bongkahan kenyal pantat Jimin.

“Ah.. Hyungh....” desah Jimin tertahan

“Panggil aku Yoongi, serukan namaku Jimin.. agar mereka tahu kau milikku... hanya milikku”, kata Yoongi yang berhasil merasakan kulit hangat Jimin dan terus menciumi bibir merah Jimin.

Candu..

Seperti Candu membuatnya tak berhenti menyesap, menghisap, mengigit, dan menjelajahi isinya,,

Geramannya dan desahan desahan yang keluar dari mulut Jimin membuatnya semakin bersemangat. Tak perlu waktu lama, miliknya menemukan jalan pulang, meski awalnya sempat berkutat dengan segala kain dan aneka minyak yang disediakan para Kasim untuk malam ini.

Dia berhasil menerobos masuk, meninggalkan Jimin yang menjerit tertahan dan sedikit menangis lalu mendesah pelan pelan dan terputus putus bersinergi dengan geraman tinggi rendahnya. Cairan hangat dan bau anyir darah memenuhi rongga penghidunya selain feromon milik mereka,

satu

dua

tiga hentakan kuat di lakukan pada Jimin yang kini berbaring di bawahnya dan terlihat sangat cantik.

Jimin..

Jiminnya...

Miliknya...

Hanya miliknya....

Dan dengan satu sentakan kuat kala merasa knotnya terbentuk, ditancapkannya taringnya pada tengkuk Jimin. Meninggalkan tanda nyata, bahwa Jimin adalah matenya.

Mengatur nafas, tanpa melepaskan penyatuan mereka, Yoongi mengarahkan Jimin berbaring di atas badannya.

“Jiminnie... tandai aku... aku juga milikmu”, katanya sambil mengarahkan Jimin ke bahunya tempat tanda lahirnya berada.

Mengangguk mengerti, Jimin mengigit tepat di tanda lahir Yoongi dan membuat Yoongi mendesah bukan karena sakitnya tapi karena dorongan yang kembali dirasakannya.

Malam itu bukan hanya sekali knotnya keluar memenuhi Jimin, tapi berulang kali sampai sampai para Kasim dan dayang istana mereka bergerak menjauh 10 langkah dari pos mereka seharusnya karena suara geraman, desahan, tumbukan kulit dengan kulit, serta feromon yang memekat dan sungguh menyesakkan, baru ini mereka temui, sepanjang pengalaman mengawal Kamar pribadi kerajaan.

Wajah para Kasim pun memerah, sedang para pengawal yang berjaga menambahkan kain dalam helm mereka, mengurangi suara berisik itu.

Sedang dayang dalam hati menghitung berapa banyak dayang beta yang harus diajaknya membereskan kamar pengantin nanti, mengingat sampai fajar menyingsing suara itu tak berhenti terdengar dan masih sama riuhnya saat rembulan tepat di atas kepala.

Sungguh hari yang panjang...

Desah Kepala Dayang....