Ketiga Kalinya Berjumpa pt 3


TW: -bxb -yoonmin/minyoon -ABO potensial MPreg -Mention of kill, cheat, Blood, War,Harsh Words -Kisses,hugs,and implisit sexual Scenes -Angst -MCD – #Reinkarnasi


Notes : Maafkan kalau ada kesalahan penulisan.


“Hyungie...”

“Jimin..”

Keduanya masih saling menatap tanda lahir lawan bicaranya, suara hujan sayup-sayup masih terdengar di luar, uap panas yang menguar seketika terasa dingin, keduanya ingin memulai pembicaraan tapi entah kenapa terasa ada yang mengganjal.

“Matahari.. tanda itu...”, seru Yoongi pada akhirnya memecah kesunyian di antara mereka.

“Aku... aku.... tak tahu, kalau tanda lahirku berbentuk seperti ini, yang kutahu.. aku... memiliki tanda lahir tapi eomma dan appa selalu mengatakan, tanda lahirku sangat istimewa..” , kata Jimin lirih sambil mengusap tanda lahir di bahu kanannya.

“Kukira tanda lahir ku hanyalah tahi lalat besar buruk rupa, itu sebabnya aku tak pernah mau mandi bersamaan, dan memilih membersihkan diri terakhir. Eomma, selalu menceritakan kisah kisah kepahlawanan dan sesekali menggunakan badanku sebagai medianya bercerita”

Mendengar dengan khidmat, Yoongi hanya mengangguk. Ada beragam pertanyaan berkecamuk di otaknya, satu yang dia rasakan. Kecewa, karena ternyata miliknya bukanlah matahari seperti milik ayahnya. Raja kerajaan ini.

Demi Luna.

Apakah ini artinya dia dan Jimin bertukar nasib? bahwa sebenarnya anak kandung ayahnya adalah Jimin?. Bahwa pewaris sah kerajaan ini Jimin.

“Milikmu...” kata Jimin memelan,

“Purnama... indah sepertimu...”, kata Jimin tak lepas memandang tanda lahir di bahu Yoongi.

“Cih.. Indah.. katamu... Indaaah?? Ini adalah bukti bahwa aku dibohongi seumur hidupku Jimin. Kau Tau? Bahwa aku bukanlah pewaris sah kerajaan ini. Aku siapa? siapa sebenarnya aku ? Hah? apa aku benar-benar anak ayah dan ibuku?”

“Atau jangan-jangan, kaulah anak mereka dan aku digunakan sebagai pancingan”, Racau Yoongi tak bisa menahan amarah dan kecewanya. Meski tak menaikkan nada suaranya, Jimin bisa merasakan amarah yang meluap luap dari teman kesayangannya ini.

“Hyung.. tenanglah ... pasti ada penjelasan tentang semua ini..”

“Penjelasan apa Jimin? APaaa?? Apaa lagi yang bisa dijelaskan. Kau tahu sendiri, hanya pemilik lambang matahari pewaris Kerajaan ini. Alfa terkuat di kerajaaan ini. Alfa di atas Alfa”

“Dan ini ini apaa.... bulan jimin.. purnama.... Tanda yang dimiliki oleh Omega. Ratu negara ini...”

“Hyyuuung,.. pasti bukan begitu.. pasti ada penjelasannya”

“APa.. kau mau bilang apa? Luna bercanda begitu? Main-main denganku?. HAH?”

“Bukan... bukan...”

Yoongi bergerak maju, menunjuk tanda lahir milik Jimin.

“Sudah jelas-jelas, ini matahari Jimin. Milikmu matahari. Kau akan menjadi Alfa. Sedangkan aku menjadi Omega..”

“Tttapi... Tak ada omega laki-laki..”

“Kau tahu itu... kau tahuuu fakta ituu... Tak pernahkah kau berpikir, kulitku terlalu putih dan pucat seperti wanita. Berapa kalipun aku mencoba beraktivitas di bawah matahari, tak pernah sekalipun kulitku berubah kecoklatan seperti milikmu ataupun Tae, bahkan Namjoon sekalipun yang gemar membaca buku, kulitnya akan menggelap”

“Lihat otot-ototmu, kau lebih muda 2 tahun dariku, tapi ototmu terbentuk dengan bagus. Lihat perut itu, terpahat baik, lenganmu, terlihat penuh kuat dan liat, bahkan kakimu,, padat.”

“Milikku.. cih,,, kurus kecil seperti wanita. Tak pernahkah kau dengar anak-anak yang lain mengejekku, katanya kakiku terlalu kecil untuk ukuran laki-laki.”

“Itulah yang menyebabkanku mati-matian bertekad menjadi nomor satu, membuktikan bahwa aku benar benar akan menjadi raja di negeri ini meski fisikku tak seperti lelaki kebanyakan”

“Kau tak kan pernah mengerti Jimin.. Tak pernah, bagaimana aku selalu berharap rutku segera datang dan statusku sebagai Alfa benar benar disahkan. Tapi ini... ini....”

Yoongi terus meracau, wajahnya merah padam, nafasnya memburu dan tak lama dia terdiam dengan air mata yang terus menetes.

Melihat Yoongi, hyungnya yang selalu tenang dan nyaris tak pernah menunjukkan emosinya, membuat Jimin mencelos. Ada rasa ingin melindungi yang terlampau kuat, ada rasa sakit seperti tercubit melihat Yoongi menangis tersedu layaknya anak kecil.

Refleks, Jimin menarik Yoongi ke dalam pelukannya, diarahkannya kepala Yoongi ke arah lehernya,mendekatkannya pada pusat kelenjarnya, meski dia tahu dia belum mengeluarkan feromon, dan mengelus pungung Hyungnya berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh hyungnya itu.

Dada Jimin juga sakit, mengetahui satu hal yang ia percaya sebagai kebenaran, nyatanya adalah kebohongan. Tentang dirinya, jati dirinya, atau siapa dia sebenarnya.

Entah sudah berapa lama Yoongi menangis dalam pelukannya, dia hanya bisa mengumamkan kata penenang sambil sesekali mengelus punggung Yoongi.

“Bukan hanya kau yang dibohongi Hyung, aku juga. Aku juga. Setidaknya kau tak sendirian, ada aku yang akan menemanimu. Aku tak tahu alasan orang tua kita melakukan ini, tapi aku berjanji kau tak akan menghadapi ini sendirian. Aku akan menemanimu, ada aku.”

Yoongi menarik nafas panjang, menengadahkan wajahnya, menatap wajah Jimin, mencari ke dalam matanya mencari kebohongan dalam kata-katanya. Hanya ada kesungguhan dan ketulusan di sana.

“Bocah... bisa apa”

“Bocah ini bisa mengalahkanmu, kau lupa? Hari ini kita seri...”

“Cih...”

“Tapi sungguh Hyung.. Aku akan bersamamu... Apapun yang terjadi nanti, kau punya aku.. Kita hadapi ini bersama.Hmm...”

“Dasar sok tua sekali “, kata Yoongi tiba tiba sambil menyemburkan air di wajah Jimin

“Hyuuuuunggg....”, rengekan panjang Jimin kembali terdengar.

“Aku percaya padamu Jimin, aku percaya padamu. Tapi apa kau benar-benar yakin? Kalaupun Luna benar-benar bercanda, tanpa kau berjanjipun, kau sudah terikat denganku. Di kerajaan ini pemilik tanda matahari harus menjaga pemilik tanda bulan selamanya, demikian ketentuan Luna. Kau siap? Kebebasanmu akan terhalangi Jimin, kau tahu?”

“Aku tahu. Aku mau, asalkan kau mengijinkanku”, kata Jimin mantap menatap wajah Yoongi, dan mengusap bibir Yoongi dengan jempolnya.

“Kau sudah berjanji, kau tak bisa pergi atau lari”

“Ya”

Menempelkan keningnya pada kening Jimin, Yoongi mengangguk. Entah kenapa kalau bersama Jimin, akan terasa aman, kalau bersama Jimin semua akan baik-baik saja, dan bersama Jimin dirinya merasa kuat.

Entah dorongan dari mana, Yoongi menyentuhkan bibirnya pelan pada bibir Jimin, dan menyesap manis yang terasa di sana.

Ah... ternyata rasanya bukan seperti plum, tapi semanis ceri