Kehidupan Kedua #Reinkarnasi
“Yooon Yooon.... Lihaaaat lihaaaat apa yang kutemukan.”
“Jjjaaaang jjjjaaaanggg”, seorang lelaki tampan dengan senyum secerah matahari mendekat ke arah seekor kucing hitam yang tengah bermalas malasan di atas balai bambu.
Kedua tangan pemuda yang bernama Hoseok itu mengangkat seekor anak kucing yang bewarna putih yang mengeong lemah.
Melihat kehadiran kucing jantan lainnya, kucing hitam itu otomatis bangun dan mengeluarkan desisan tanda tak suka serta marah.
“Nyaaaaaooowwww~~~~“, serunya sambil melekungkan tubuh siaga dan mundur ke belakang
“Yooon yoooon tidaaak.... Tidaaaak.....”, Hoseok yang awalnya mendekatkan kucing putih itu, terkejut dan cepat cepat membalik badannya.
“Ngaaaaaowwwwww”, tiga detik sebelum cakar Yoon, kucing hitam itu meraih kucing putih dalam dekapan Hoseok.
Reflek, Hoseok menjitak kepala kucingnya, yang mengakibatkan Yoon kembali mengkeret dan mendesis marah, lalu berjalan pergi keluar pagar.
“Yoon Yoon, aku tak pernah mengajarimu jadi kucing nakal. Heh kembali kau.. Yoon yooon....”
Menghela nafas, Hoseok duduk di balai bambu.
“Chim Chim, maafkan Yoon Yoon ya. Mungkin dia kaget. Tapi tenang saja, bersamaku kamu aman. Oke. Nanti pelan pelan berkenalan dengan Yoon Yoonnya. Yang penting sekarang, kau tak sendirian. Ada aku dan Yoon Yoon”, Hoseok berbicara pada kucing putih itu seolah olah bicara pada temannya dan mengelus punggung kucing itu pelan.
“Miaw...” kucing putih itu menjawab lemah sambil terus gemetar mengingat kucing hitam.yang lebih besar tadi.
Bersenandung pelan, Hoseok mengangkat Chim chim untuk dibawanya ke dapur dan diberinya makan ikan.
Setelah itu, seharian Yoon Yoon tak kelihatan sama sekali, dan baru pulang saat Hoseok menutup pintu pagar.
Tak menerima kehadiran Chim Chim begitu saja, Yoon Yoon menolak mendekati Hoseok. Memilih menyingkir dan meringkuk dekat tungku untuk tidur dan tidak di dekat Hoseok seperti biasanya.
bruaaaak.... Ngeeeeooowww.... Bruaaak.... Bruak... Miaaaaw....
Suara benda jatuh diselingi dengan teriakan khas kucing berkelahi membangunkan Hoseok.
“Astaga Yooon...,” serunya sambil cepat meraih Chim yang meringkuk di bawah meja.
“Heh.. Sadar kamu...” Hoseok menyiramkan seciduk air ke arah Yoon Yoon yang masih mengeong marah dan menatap tajam ke arah Chim Chim.
Beringsut, karena tersiram air, Yoon Yoon melesat berlari sambil berhenti di depan pintu. Meninggalkan kencingnya di sana, menandai wilayah kekuasaannya.
“Heeeeh Yooon Yooooon!!!!!'
Hoseok yang kini mengendong Chim chim hanya bisa berteriak pasrah melihatnya sambil terus mengelus tubuh Chim yang gemetar.
Dan begitulah awal perkenalan mereka Yoon dan Chim, dua kucing jantan milik Hoseok.
Hari- hari berikutnya dipenuhi lagi dengan suara marah kucing, bau pesing, serta barang yang semburat kemana mana, serta teriakan Hoseok memanggil Yoon Yoon dengan nada tinggi.
Meski demikian, Hoseok tak pernah menyerah untuk mencoba mengakrabkan dua kucingnya itu. Tak sekali, tangannya dipenuhi bekas guratan panjang cakaran kucing, atau harus naik ke atap rumah membujuk Chim yang ketakutan untuk turun.
Dan kali ini kali ke 30, Hoseok mencoba, lelah melihat keduanya tak kunjung akur Hoseok akhirnya menyerah, dan memutuskan untuk memberikan Chim chim pada anak pemilik toko obat yang menginginkan seekor kucing.
“Chim chim...ke sini”, seru Hoseok pada Chim Chim yang sedang bermain gulungan benang merah tak jauh dari tempat Hoseok duduk.
Merasa namanya dipanggil, Chim mendekat dan berjalan ke pangkuan Hoseok.
“Maafkan aku... Maafkan... Aku... Aku tak bisa memaksamu terus terusan bersama kami. Yoon yoon melukaimu, dan berulang kali membuatmu takut.. Aku... Aku... Tak ingin kau terluka lagi”, kata Hoseok pelan sambil mengusap kepala Chim sambil menahan mati-matian air matanya agar tak jatuh.
“Nyaw..”, eongan Chim chim yang terdengar sedih sambil mengusalkan kepalanya ke arah telapak tangan Hoseok yang terbuka dan menggosokkan tubuhnya.
“Aanaak... Pemilik toko obat, menyukaimu... Aku... Aku yakin mereka akan merawatmu dengan baik. Majikan barumu lebih mampu dariku, sepertinya kau akan makan ikan yang enak setiap hari.. Dan mereka akan memandikanmu dengan rempah rempah agar bulumu harum dan tak berkutu... Mereka pasti akan menjagamu tetap hangat..”
“Nyaw...” seolah mengerti semua kata kata Hoseok, kucing putih itu duduk diam di pangkuan Hoseok sambil mendengkur halus menikmati elusan demi elusan.
“Aku tak akan melupakanmu Chim chim..,” Hoseok meraih gulungan benang merah, mengurainya dan memotongnya sedikit serta mengikatnya di ujung ekor panjang Chim.
Usai menyimpul benang itu membentuk pita dan memastikan tak terlalu kencang, Hoseok beranjak mengambil keranjang hendak memasukkan Chim.
Tapi tiba tiba...
“Yoon Yoon...”, di dapatinya tubuh kucing hitamnya tergeletak lemas di depan tungku. Cepat- cepat dihampirinya kucing itu, di sekitar Yoon terdapat bekas muntahan.
“Oh... Yoon Yoon”,
Hoseok bergegas mengangkat tubuh Yoon dan mengusap mulutnya dengan panik dengan sembarang kain yang di sekitarnya.
“Yoon.. Sadar...,” Yoon menggerakkan kepalanya pelan, dadanya bergerak naik turun tanda masih bernafas.
“Syukurlah syukurlah...,”
Chim mengamati dari jauh, Hoseok yang tergesa mengangkat tubuh Yoon dan membaringkan pada bantal dekat perapian dan segera menutupi bekas muntahan Yoon dengan tanah.
“Miaw..”,
“Ah.. Maaf Chim... Aku tak bisa mengantarkanmu ke majikan barumu. Aku... Aku harus merawat Yoon...”
“Miaw...”, Chim menjawab tenang dan menunggu Hoseok dari jauh.
“Chim bisakah kaubmenemani Yoon di sini. Aku akan mencari ikan dan obat untuk Yoon. Tak usah dekat dekat. Cukup tunggu dia di situ. Kalau dia muntah lagi atau pergi, segera panggil aku ya. Aku ada di sungai belakang rumah hmmm”
Hoseok meraih kail dan pancingnya bergerak menuju sungai belakang rumahnya.
“Mi..”,
Chim bergerak mengantar Hoseok sampai ke depan pintu dan kemudian duduk agak jauh dari Yoon yang terbaring tanpa berani bergerak mendekat.
“Nnnyaw..” eongan lemah Yoon membuat Chim waspada, sontak dia berdiri bersiap untuk lari. Tapi yang dilihatnya adalah Yoon yang terbaring dengan nafas naik turun dan mata terbuka serta menatapnya tajam seolah berkata, apa yang kau lihat bocah. Puas kau lihat aku tergeletak. Tunggu aku sembuh akan kukejar kau.
Chim mengerjapkan matanya, meregangkan badannya dan bergerak mendekat, dan berdiri sambil tetap mengawasi Yoon.
Seekor cicak yang melintas menarik perhatian Chim, hendak dikejarnya cicak itu tapi keburu melarikan diri dengan memutus ekornya. Ekor yang bergerak gerak itu menarik perhatian Chim dan dimainkannya dengan tenang sampai tak sadar ekor itu membawanya ke dekat ke tubuh Yoon.
Mendengus dan menggeram pelan, Yoon tak lagi marah dan meneriaki Chim atau mengayunkan cakarnya, hanya mendesis seolah berkata “ Cih, bocah.”
Chim yang merasa aman, kembali memainkan ekor cicak itu dan bergerak menjauh namun lagi lagi ekor itu bergerak mendekati Yoon dan tanpa disangka sangka Yoon menendang ekor cicak itu kembali ke arah Chim, Chimpun reflek menendang ekor cicaknya ke arah Yoon.
Begitu seterusnya oper mengoper ekor itu terjadi sampai Hoseok pulang.
Hoseok yang tadinya was was saat meninggalkan kedua kucingnya tersenyum tenang kala melihat keduanya bermain-oper-ekor-cicak dengan tenang.
Menepuk pelan kepala Chim, Hoseok menyapa mereka dengan riang.
“Sudah kutanyakan kemana mana, nampaknya Yoon hanya salah makan. Terimakasih Chim menemani Yoon. Dan kamu Yoon, jangan makan sembarangan lagi, tempat makananmu sudah kupisah dan pula sebentar lagi Chim jadi anak baru di toko obat”
” Kita akan mengantar Chim saat kau pulih. Hmm sekarang minum ini, banyaklah minum. Akan kulumatkan ikan ini untukmu”
“Nyaaw~”
Hari berganti, Hoseok merawat yoon dengan telaten, dan Chim selalu berada tak jauh dari Hoseok dengan sikap dan pandangan awas. Bersiap jika sewaktu waktu Yoon pulih, dia akan melarikan diri secepat mungkin.
Naik ke atap rumah atau pohon di halaman. Tapi nyatanya, Yoon seolah menghiraukannya. Hanya sesekali mendesis tak suka kala Chim terlalu dekat saat bermain dengan kecoa buruannya, ekor kadal, cicak, atau bola benang merah pemberian Hoseok.
Yoon hanya mengamati sambil merebah dan ekornya bergerak gerak riang tiap kali Chim mendekat tapi tak pernah lagi mencakar atau berteriak marah.
Hoseok awalnya tak menyadari perubahan ini, tapi melihat Yoon yang berangsur pulih dan tak terlalu memusuhi Chim dia hanya bisa berdoa mereka agar selalu rukun.
Salju pertama turun, Yoon telah pulih sepenuhnya. Perubahan sikapnya benar benar kentara sekarang. Dia tak lagi memusuhi Chim, menghalau atau melengkungkan tubuh kala Chim mendekat.
Malah dia dengan santai berbaring dan menggerak gerakkan ekornya untuk dimainkan oleh Chim. Melihat keduanya yang semakin akrab, Hoseok menjadi tak tega memisahkan mereka.
Satu waktu, Hoseok mendatangi tuan toko obat dan meminta maaf karena Chim tak bisa dia antarkan kesana.
Kali ini Hoseok tersenyum lega, Chim dan Yoon benar benar telah berdamai satu sama lain, sesekali mereka berkelahi, tapi Hoseok tahu Yoon tak pernah mengeluarkan cakarnya saat bermain dengan Chim. Pun demikian dengan Chim.
Keduanya kini tak terpisahkan, berjalan beriringan, tak segan saling menjilati bulu masing masing, atau tidur berpelukan kala suhu terlalu dingin.
“Kalian lucu, rukun rukun selalu ya, aku harap di kehidupan berikutnya kalian berdua juga bisa dipertemukan dan saling menyayangi” ,ujar Hoseok pelan seusai mengajak keduanya bermain salju di halaman dan mengikat benang merah di ekor Chim dan di ekor Yoon.
Dan kedua kucingnya itu hanya mendengkur pelan, menanggapi semua omongan Hoseok.