Di Kehidupan Ini, Kau Bersamaku (pt 2)


Ini adalah sebuah cerita klise, mengenai Min Yoonji (dengan face claim Han So Hee) dengan pemuda yang selalu mengejarnya Jeon Jungkook. Sudah enam kali Jungkook menyatakan cinta, tapi selalu ditolak oleh Yoonji. Mulai dengan alasan Yoonji lebih tua, tak suka pemuda berwajah cantik, dan sebagainya. Tanpa Jungkook ketahui, alasan sebenarnya dia menolak Jungkook, adalah di kehidupan sebelumnya Yoonji telah menyakiti Jungkook dan tak mau menyakitinya lagi di kehidupan ini.

TW/CW : Fantasi, reinkarnasi, kehidupan berikutnya. Membicarakan masa lalu, cinta bertepuk sebelah tangan. Menyakiti diri sendiri, Menyebutkan kematian dan cara meninggal yang tak wajar Percobaan Bunuh diri, Bunuh diri Yoongi mempunyai kembaran perempuan bernama Yoonji. Yoongi berpacaran dengan Jimin. Jungkook teman sekelas dalam mata kuliah umum Jimin. Si kembar dan Jungkook berada di semester akhir, sementara Jimin mahasiswa tahun kedua. Jimin dan Jungkook seumuran. Jungkook mengikuti program akselerasi dua kali di sekolah menengah.

Cerita ini adalah fiksi tidak berkaitan dengan tokoh aslinya di dunia nyata.

Terinspirasi dari alur HHYH serta Bangtan Universe


“Jadi?”

“Disela mulu jadi ceritanya ga sih?”

“Ya jadilah...”

“Intinya aja lah ya biar cepet. Di kehidupan sebelumnya kita adalah satu individu, alias kita tu satu orang. Ga kembar kayak kehidupan ini, di mimpi gue ngelihat semuanya dari sudut pandang orang pertama dan saat ngaca, gue cuma ngeliat wajahlu. Bisa dibayangkan kan, kayak... kayak gue tapi ada di badan lu gitu”

“Hummm lalu?”

“Tapi ingatan tentang kehidupan itu settingannya di masa sekolah menengah atas gitu.Kita punya temen yang sama seperti kehidupan ini. Ada kak Jin, Namjoon, Hoseok, Taehyung, Jimin dan juga Jungkook di sekolah itu. Kita sama Nam dan Hose di kelas dua. Jimin, Taehyung serta Jungkook di kelas satu. Sementara kak Jin di kelas tiga. Meski berbeda kelas kita selalu main sama-sama. Baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Tak jarang kak Jin juga sering ngajak kita main di pantai pakai mobil papanya. Dia yang nyetir.”

“Diantara kita bertujuh, dia anak konglomerat. Yah hampir sama di kehidupan ini sih. Selanjutnya Jimin yang juga dari keluarga berada. Sedangkan sisanya kita berjuang dengan kehidupan masing-masing. Tak jelas wajah orang tua kita di masa itu, yang gueingat kita gak punya ibu, karena ibu meninggal saat kebakaran. Sehari-hari kita mengandalkan uang penghasilan dari kerja sebagai kurir makanan juga beasiswa dan tabungan.”

“Jimin, anak berada yang tak punya teman karena pernah dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Sementara Jungkook tinggal dengan ayah tirinya yang selalu memukulnya saat mabuk dan ibunya mengabaikannya. Singkat cerita, tiap pulang sekolah kita dan Jungkook pulang lebih akhir karena bermain-main dengan piano yang ada di gudang, gudang ini lebih mirip sebagai tampat nongkrong di sekolah. Markas lah bisa dibilang. Kita berdua memainkan piano yang diajarkan oleh ibu. Jungkook yang suka sama piano nemanin kita, sampai tiba waktu kerja sambilan atau kelas tambahan”

“Tanpa kita sadari, dia menaruh hati pada kita. Yap, Jungkook jatuh cinta. Sedangkan kita gak lebih cuma anggap dia sebagai adik yang selalu menemani, karena kita anak tunggal. Di kehidupan lalu, kita tertarik pada Jimin. Kita jatuh cinta pada Jimin yang pendiam saat sendirian, namun sangat ceria dan menggemaskan saat sedang bersama dengan teman lainnya.”

“Jiminpun tertarik dengan kita karena perhatian yang kita berikan padanya. Lama kelamaan dia terbuka mengenai penyebabnya masuk Rumah Sakit. Dokter mengatakan dia mengalami halusinasi dan depresi berat setelah mengalami kejadian traumatis, hilang di hutan dekat rumah kaca. Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya saat di rumah kaca itu, Jimin menyaksikan penganiayaan seorang bocah laki laki, yang ngeluarin banyak darah. Hal itu terus menghantuinya dan tak pernah dia ceritakan pada siapapun kecuali kita. Tepat di hari dia menceritakan luka masa lalunya, Jimin resmi menjadi kekasih kita.”

“Oh..”

“Gak ada yang tahu kalau kita jadian sama Jimin. Sebagai tanda pengingat hari jadian, Jimin dan kita menggunakan kalung yang sama. Semuanya berjalan lancar sebagaimana biasanya. Hanya saja, karena kita resmi menjadi kekasih Jimin, gak ada lagi waktu bermain piano berdua di markas bersama Jungkook. Perlahan kita juga mulai ngurangi waktu bermain bersama Jungkook, awalnya gak ada masalah. Namun, saat pesta di rumah Seokjin, Jungkook tanya terus kan, kenapa kita menjauh darinya dan sebagainya. Pertanyaan Jungkook kian memojokkan dan mau tak mau, kita menceritakan tentang hubungan dengan Jimin. Jungkook marah, tak terima, reflek meninju muka kita yang memicu perkelahian di antara kita berdua. Adu jotos tak terelakkan. Darah ngalir dari wajah kita”

“Jimin yang ngelihat muka kita ancur, tiba-tiba pingsan. Ternyata ngelihat darah di wajah kita, di tangan Jungkook, gelas pecah berserakan itu jadi pemicu traumanya. Seokjin dan Hoseok nganterin Jimin pulang. Sementara kita dirawat lukanya sama Nam. Selepas malam pesta itu semua jadi berubah. Jimin mengurung diri di rumah, gak masuk sekolah berhari-hari. Jungkook marah dan ngehindari kita. Nam tiba-tiba ada masalah, begitu pula dengan yang lain.”

“Rumah Namjoon kebakaran, Seokjin akan dipindah sekolah di luar negeri, Hoseok dirawat di rumah sakit karena berulangkali ditemukan pingsan, sedangkan Taehyung tak pernah terlihat juga di sekolah. Semua berantakan. Gak bisa menemui Jimin membuat kita juga semakin emosi. Frustasi dan melampiaskan dengan minum soju sepulang kerja.”

“Sampai suatu ketika, kita mendapat kabar Jimin meninggal. Orang tuanya menemukannya tenggelam di bak kamar mandinya. Terpukul mendengar kabar itu, kita menolak kenyataan bahwa Jimin memang sudah meninggal. Berhari-hari usai pemakamannya kita banyak mengkonsumsi alkohol di rumah. Jungkook yang semula cuek, mengkhawatirkan kondisi kita yang semakin parah. Jarang mandi, lupa makan, sulit tidur dan hanya mengkonsumsi alkohol.”

“Sampai suatu malam, saat sedang mabuk dan sangat merindukan Jimin, kita menyalakan korek api yang membakar ujung sprei. Bukannya mematikan api itu, kita malah menuangkan sisa alkohol dan tetap berada dalam kamar yang apinya semakin membesar dan menguar. Sayup- sayup terdengar teriakan Jungkook menggedor pintu dan memanggil nama kita. Namun kita tak peduli. Kita hanya ingin bertemu dengan Jimin karena sangat merindukannya, yang ada di kepala kita adalah bagaimana bisa dengan cepat menemui Jimin di alam lain.”

“Kita mati?”

“Ya, kita mati sepertinya. Karena mimpi gue yang lain gak nunjukkin aktivitas lain setelah kejadian itu. Mimpinya selalu berulang-ulang di hari-hari yang terasa sedih dan menyakitkan. Hari kematian Jimin dan juga hari kematian kita. Setiap pengulangan mimpi itu bikin gue makin mengenali detail tiap kejadian tersebut. Emosi yang kita rasakan. Kesedihannya, kemarahannya, lebih-lebih keputusaasaan yang membuat terasa kosong”

“Mimpi itu yang menghantui gue setiap kali ngelihat Jungkook. Keinget Jungkook di kehidupan masa lalu yang sorot matanya berubah dari ceria menjadi penuh sedih dan kecewa saat melihat kita. Sungguh gak tahan ngelihat tatapan sedihnya dan memohonnya pas dia ngingatin kita kita masih punya teman-teman yang lain yang juga sayang sama kita”

“Hufffff.....”

“Berat ya ?”

“HHHHhhhhhh.....”

“Kenapa gak lu ceritain ke gue ?”

” Ga lah. Ga mau bikin lu ikutan gila. Cukup gue aja. Karena guekira cuman mimpi buruk biasa, eh ternyata reka ulang kehidupan di masa lalu. Lagipula saat episode mimpi ini memburuk dan berulang, lu lagi sibuk-sibuknya kompetisi musik di luar kota ditambah lagi gencar-gencarnya pedekate sama Jimin..”

“Maaf “

“Ngapain?”

“Ya karena ngebiarin lu sendirian,ngerasain ingatan kehidupan masa lalu itu”

“Bukan salahlu”

“Tetap saja rasanya pingin minta maaf”

Yoongi memeluk erat adik kembarnya dan berulangkali mengucapkan maaf dan terima kasih. Keduanya berpelukan cukup lama sampai terdengar suara memanggil dari lantai bawah.

“Jadi siapa lagi yang tahu tentang mimpi ini?”

“Gak ada yang tahu.”

“Tapi jurnal tidurlu?”

“Yang gue tulis di situ cuma point point pentingnya, gak gue ceritain secara mendetail kayak sekarang”

“Ji..”

“Hmmm..”

“Rencana lu?”

“Ga ada, Ga tahu. Belum tahu..”

“Humm...”

“Apa kenapa?”

“Enggak, cuma lagi mikir betapa beruntungnya kita di kehidupan yang lalu, ada dua orang yang mencintai kita dengan tulus. Di kehidupan ini pun kita masih dipertemukan dengan orang-orang yang menyayangi kita dengan tulus. Pacar gue sama lagi. Lu emang ga mau pacaran juga Ji?

“Ya maulah, mau juga disayang-sayang”

“Ya kenapa ga mau nyoba aja sih sama siapa aja gitu”

“Ga bisa...”

“Lah why?”

“Karena gue... gue... gue sebenernya naksr Jungkook. Tapi gue takut kalau gue nyakitin dia lagi kayak yang di mimpi gue”

“Lah tapikan di kehidupan ini kitanya ada dua, ga cuma satuu Min Yoonji...”

“Lha iya ya?”

“Lha iya. Aslinya gue mau ga percaya sih pas lu ceritain kalau mimpi lu ini bisa jadi ingatan kehidupan kita di masa lalu. Tapi seriiiing banget gue ngerasa dejavu pas kita lagi ngumpul sama yang lain atau pas gue cuman berdua aja sama Jimin. Nih, kalung gue sama Jimin juga sama kayak yang lu ceritain tadi. Pas beli ini udah yakin aja mau pilih bentuk begini, isinya begini dan bla bla...”

“Ya lu enak gue kena serem-seremnya...”

“Sesuai amal lu kali..”

“Ngaco ah, ga like...”

“Canda.. Lu pikir deh, kenapa di kehidupan ini kitanya jadi berdua, terus ketemu orang yang itu lagi dan ngerasa bahagia pas sama mereka. Cuma ada happy dan happy banget. Sedihnya sama nelangsanya kan lu sendiri yang bikin gegara keinget mimpi mulu”

“Terus?”

“Ya kan lu bilang lu naksir Jungkook juga nih, kenapa ga lu gas aja sekalian lah. Tabrak aja, toh di kehidupan sekarang ga ada yang ngehalangin lu jadian sama Jungkook. Lu juga sama-sama sayang. Jungkook ke elu, beuh.. bucin abis. berkali-kali lu tolak dia ga ada nyerah nyerahnya”

“Tapi kan...”

“Ji, dengerin gue. Kita tuh emang ga bisa milih kehidupan masa lalu kita kek mana, tapi di kehidupan ini kita punya banyak kesempatan buat ngelakuin apapun. Apalagi kita sekarang berdua ga cuma satu. Ga ada yang ngehalangin. Jadi nurut gue gas aja. Mungkin ini juga alasan kenapa di kehidupan yang ini kitanya ada dua, ga satu kayak yang dulu. Biar kita berdua happy di kehidupan ini. Gue ga tahu ini doa siapa agar di kehidupan ini kita semua bahagia. Tapi kalau gue sih, gue pingin bahagia dan kembaran gue bahagia.”

“Awww....Makasih ya abang”

“Iye, sama-sama. Coba dulu Ji, pelan-pelan. Ntar kalau ternyata lu ga bisa lanjut sama Jungkook lu bisa omongin baik-baik ga malah alasan aneh-aneh. Hiiihhhh.... Lu tuh kelamaan pendem ini sendirian jadinya agak bego sedikit, sumpah. Kan ada gue gimana sih”

“Jangan mulai deh....”

“Wkwkwkwk iya deeh maaf..”

” YOONJIIII YOOONGIIIII AYOOOOO TURUUUUN. JUNGKOOOK SAMA JIMINNN UDAH NUNGGUINNN DI BAWAHHHHH. ADA TAMU KOK DITINGGAL...”

“IYAAA MAAAA”, keduanya kompak bebarengan menjawab.

“Iya deh, gue coba. Makasih ya Abang..”

“Sama-sama adekku”

“Dih.. sok bijak lu..”

“Wleee, lunya aja yang bego..”

“Gue ga bego...”

“Lu “

“Lu jelek”

“Kalau gue jelek, lu juga..”

“Gue cakep ya.. enak aja.. Lu tuh jelek..”

“Elu lah, gue cakep kok, Jimin aja demen sama gue”

“Lu pelet kali “

“Enggak ya.. Enak aja”

“MAMAAAAAA YOOONGIII MAIIIIN PELEEET...”, teriak Yoonji sambil berlari keluar kamar untuk turun ke bawah.

“ENGGGAAAK MAAA.. BOHOOOONG...... YOOOONJI TUH MAAAAA NAKSIR SAMA.....”

“AAAAAAAAAAAAAAAAARGGGHHHHHHHHH YOOONGI JELEEEEK DIEEEEM LUUUUUU”

“ENGGAK MAUUUU WEEEK....”, Yoongi berlari menuruni tangga mendahului Yoonji. Sialnya setelah sampe di bawah keduanya malah dihadiahi jeweran di telinga karena berisik.

Papa, Jimin dan Jungkook yang melihatnya hanya tertawa karena kelakuan duo kembar tersebut. Usai kultum mama, Yoongi bergerak menuju Jimin dan mengajaknya ke teras belakang dengan alasan mengecek mainan baru Holly, anjing Yoongi.

Sementara Yoonji bergerak malu-malu ke arah Jungkook yang sedang duduk di sofa dan memandangnya dengan tatapan yang sama. Tatapan memuja, sama seperti kali mereka bertemu.

Tersenyum, Yoonji mengulurkan tangannya ke arah Jungkook dan berkata

“Hai...”

“Hai juga”, Jungkook menyambut uluran tangan tersebut sambil tersenyum lebar, dan menarik Yoonji untuk duduk di sofa bersamanya.

Dan sejak hari itu, mimpi buruk Yoonji tak pernah mampir lagi...